Masjid Djinguereber di Timbuktu |
Sebahagian orang telah mengenal bersama baik negeri Mali. Merupakan, negeri yg terletak di kawasan Afrika bidang Barat. Di negeri ini, umat Islam tumbuh subur. Umat Islam di negeri ini lumayan cukup, kendati tidak segede negeri yang lain. Kendati begitu, populasi Muslim di negeri ini mempunyai keunikan. & lantaran keunikan itulah,tidak sedikit orang jadi kenal bersama negeri ini.
Djenne, itu nama satu buah kota mungil di pusat Mali, Afrika Barat. Kota Djenne ialah kota tertua di negeri Sub-Sahara Afrika itu. Terletak di kawasan lahan banjir ygdilintasi dua sungai, ialah Niger & Bani.
Bagi yg belum sempat bertandang ke kota berjarak 354 kilo meter di barat daya Timbuktu ini, benar-benar tidak mengira, jikalau di kota ini jumlah Muslim pass tidak sedikit. & lantaran populasi Muslim itulah, mereka pula mendirikan masjid sbg ruang ibadah.
Di sinilah letak keunikannya. Apabila ruang ibadah umat Islam ialah masjid, identik dgn bahan bangunan yg mewah, dulu ada kubah masjid, menara, & bermacam macam bahan-bahan mahal yang lain, jangan sampai sempat mengharapkan mampu menemukan itu seluruh di masjid milik masyarakat Djenne ini. Kenapa? Sebab masjid ini dibangundgn bahan basic lumpur, yg diambil dari dua buah sungai yg melewati Kota Djenne.
Dengan Cara kasat mata, orang pasti tak dapat membayangkan bahwa bangunan persegi empat sebagaimana ‘penjara’ itu satu buah area ibadah. Dikarenakan benar-benartak ada yg dengan cara spesifik dari bangunan itu. Bahkan, kelihatan sekian banyak potong kayu yg menjulur ke luar bangunan, sama seperti permukiman beberapa orangEskimo. Lantaran itulah, bangunan tidak lazim yg disebut bersama Masjid Besar Djenne itu yang merupakan ruangan ibadah.
Kenapa tidak lazim? Wujudnya tidak seperti masjid-masjid lain yg condong mengacu ke wujud masjid atau bangunan di Timur Tengah yg dibangun kepada musimkeemasan Islam. Masjid Gede Djenne justru terkesan polos & minim ornamen. Tetapi, justru karya ini menunjukkan bila sang arsitek paham benar gimana menghadirkan masjid dgn identitas lokal, rendah hati, tetapi tak mengurangi aura sakral & monumental dari suatu masjid besar.
Dikarenakan keunikan inilah yg menjadikan bangunan Masjid Besar Djenne juga sebagai salah satu landmark yg terpenting & ternama dari Kota Djenne. Bahkan,dikarenakan ketaklaziman itu tadi, sehingga masjid ini dipercaya juga sebagai salah satu dari 10 masjid terunik didunia.
Djenne, terkecuali dikenal sbg kota perdagangan, serta dikenal yang merupakan kota peziarah & pusat studi Islam. Masjid Gede itu sendiri dari awal dibangun sampaiwaktu ini mendominasi alun-alun pasar mutlak di kota tersebut.
Menurut sebanyak literatur, warga Djenne mempunyai masjid mula-mula kali terhadap 1240, yg dibangun oleh Sultan Koi. Penguasa Djenne ini sesudah memeluk Islam lantas mengubah istananya jadi masjid.
Amatsangat sedikit yg tahu & sukses melacak wujud juga penampakan masjid perdana itu. Tetapi Syekh Amadou, pemimpin Kota Djene di awal abad ke-19, mempunyai anggapan masjid itu terlampaui mewah & berlebihan. Syekh serta membangun masjid ke-2 kepada 1830, & memerintahkan merobohkan masjid perdana, kala masjid ke-2rampung. Sementara Masjid Gede Djenne yg tidak lazim itu dibangun terhadap 1906.
Disaat berada di bawah kendali Pemerintah Prancis, mereka menawari terhadap Pemerintah Mali, banyaknya pertolongan finansial & politik utk pembangunan masjid. Dari dari pertolongan itu, hasilnya proses pembangunan masjid dapat diselesaikan dalam tempo satu thn, tepatnya 1907.
untuk informasi lebih lanjut mengenai dan pemesanan kubah masjid anda bisa menghubungi kami di nomor. 0822 6430 8124 atau bisa lihat di website https://kubah-surya.com
Djenne, itu nama satu buah kota mungil di pusat Mali, Afrika Barat. Kota Djenne ialah kota tertua di negeri Sub-Sahara Afrika itu. Terletak di kawasan lahan banjir ygdilintasi dua sungai, ialah Niger & Bani.
Bagi yg belum sempat bertandang ke kota berjarak 354 kilo meter di barat daya Timbuktu ini, benar-benar tidak mengira, jikalau di kota ini jumlah Muslim pass tidak sedikit. & lantaran populasi Muslim itulah, mereka pula mendirikan masjid sbg ruang ibadah.
Di sinilah letak keunikannya. Apabila ruang ibadah umat Islam ialah masjid, identik dgn bahan bangunan yg mewah, dulu ada kubah masjid, menara, & bermacam macam bahan-bahan mahal yang lain, jangan sampai sempat mengharapkan mampu menemukan itu seluruh di masjid milik masyarakat Djenne ini. Kenapa? Sebab masjid ini dibangundgn bahan basic lumpur, yg diambil dari dua buah sungai yg melewati Kota Djenne.
Dengan Cara kasat mata, orang pasti tak dapat membayangkan bahwa bangunan persegi empat sebagaimana ‘penjara’ itu satu buah area ibadah. Dikarenakan benar-benartak ada yg dengan cara spesifik dari bangunan itu. Bahkan, kelihatan sekian banyak potong kayu yg menjulur ke luar bangunan, sama seperti permukiman beberapa orangEskimo. Lantaran itulah, bangunan tidak lazim yg disebut bersama Masjid Besar Djenne itu yang merupakan ruangan ibadah.
Kenapa tidak lazim? Wujudnya tidak seperti masjid-masjid lain yg condong mengacu ke wujud masjid atau bangunan di Timur Tengah yg dibangun kepada musimkeemasan Islam. Masjid Gede Djenne justru terkesan polos & minim ornamen. Tetapi, justru karya ini menunjukkan bila sang arsitek paham benar gimana menghadirkan masjid dgn identitas lokal, rendah hati, tetapi tak mengurangi aura sakral & monumental dari suatu masjid besar.
Dikarenakan keunikan inilah yg menjadikan bangunan Masjid Besar Djenne juga sebagai salah satu landmark yg terpenting & ternama dari Kota Djenne. Bahkan,dikarenakan ketaklaziman itu tadi, sehingga masjid ini dipercaya juga sebagai salah satu dari 10 masjid terunik didunia.
Djenne, terkecuali dikenal sbg kota perdagangan, serta dikenal yang merupakan kota peziarah & pusat studi Islam. Masjid Gede itu sendiri dari awal dibangun sampaiwaktu ini mendominasi alun-alun pasar mutlak di kota tersebut.
Menurut sebanyak literatur, warga Djenne mempunyai masjid mula-mula kali terhadap 1240, yg dibangun oleh Sultan Koi. Penguasa Djenne ini sesudah memeluk Islam lantas mengubah istananya jadi masjid.
Amatsangat sedikit yg tahu & sukses melacak wujud juga penampakan masjid perdana itu. Tetapi Syekh Amadou, pemimpin Kota Djene di awal abad ke-19, mempunyai anggapan masjid itu terlampaui mewah & berlebihan. Syekh serta membangun masjid ke-2 kepada 1830, & memerintahkan merobohkan masjid perdana, kala masjid ke-2rampung. Sementara Masjid Gede Djenne yg tidak lazim itu dibangun terhadap 1906.
Disaat berada di bawah kendali Pemerintah Prancis, mereka menawari terhadap Pemerintah Mali, banyaknya pertolongan finansial & politik utk pembangunan masjid. Dari dari pertolongan itu, hasilnya proses pembangunan masjid dapat diselesaikan dalam tempo satu thn, tepatnya 1907.
untuk informasi lebih lanjut mengenai dan pemesanan kubah masjid anda bisa menghubungi kami di nomor. 0822 6430 8124 atau bisa lihat di website https://kubah-surya.com